Jumat, 13 Agustus 2010

BABYLONIA LAMA

Babylonia, Suatu Waktu

Menyebut Babilonia, berarti menyebut sebuah bangsa yang selalu berjuang untuk eksis, sebagai sebuah imperium di kawasan Timur Tengah. Imperium ini selalu mengalami kejatuhan dan kebangkitan berulang kali. Periode pertama kebangkitan imperium ini biasa disebut periode Babylonia Lama. Ditandai dengan jayanya Hammurabi, salah seorang Raja terbesar zaman kuno yang memerintah tahun 1728 SM (ada juga yang menyebut 1848 SM/ 1792 SM). Raja Hammurabi dikenal sebagai salah satu raja yang pertama-tama meletakkan dasar-dasar hukum negara. Setelah jaya luar biasa, Babylonia mengalami keruntuhan. Negara ini terkapar oleh berbagai penaklukan, terutama yang dilakukan oleh bangsa Hittites. Sekitar tahun 1120, Babylonia menggeliat kembali. Imperium ini siap menuju kebangkitannya. Ditandai dengan didudukinya Elam dan Asyyria oleh Raja Nebukadnezar I. Namun, sungguh disayangkan, imperium ini hanya bertahan selama 200 tahun. Setelah tenggelam selama beberapa periode, pada tahun 605 SM, raja Nabopolassar tampil di panggung sejarah. Ia bersekutu dengan kerajaan Media untuk menghancurkan Assyiria. Untuk memperkuat persekutuan itu, pewaris tahtanya, Nebukadnezar II, mempersunting putri raja Media. Dibawah kepemimpinan Nebukadnezar II, Babylonia tampil sebagai imperium kuat di Timur Tengah. Pada masa pemerintahannya, dibangun Taman Bergantung Babylonia yang dicatat Herodotus sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Konon taman bergantung itu dihadiahkan Raja Nebukadnezar pada permaisurinya sebagai tanda cinta dan kasih sayang.

Setelah mengalami masa jaya selama beberapa dasawarsa, Babylonia mulai memperlihatkan tanda-tanda kejatuhan. Pada masa pemerintahan Belshazzar (ada juga yang menyebutkan pada masa pemerintahan Nabonidus, karena Belshazzar hanya dianggap pengganti sementara Raja Nabonidus, yang saat itu sedang tidak berada di Babylonia) Babylonia lalu dicaplok Persia. Selanjutnya nama Babylonia hanya tinggal sejarah.

Selama masa-masa kejayaannya, Babylonia diketahui memiliki kegiatan sastra yang biasanya dihubungkan dengan spiritualitas.

Syair yang Menggema di Kuil

Bagi rakyat Babylonia, sastra erat kaitannya dengan kegiatan spiritual. Pembacaan syair-syair atau puisi, merupakan salah satu kegiatan ritual yang sangat penting.

Rakyat Babylonia selalu merayakan datangnya tahun baru. Biasanya jatuh setiap bulan April. Tetapi, sebenarnya perayaan ini bukan sekadar perayaan menyambut bergantinya tahun. Sebab, perayaan yang biasa disebut Res Sattim (Akitesegurku) ini, sebenarnya merupakan ritual penting untuk mengawali masa menanam gandum. Sekaligus membangkitkan kembali perasaan spiritualitas rakyat Babylonia.

Menurut sumber-sumber sejarah, perayaan ini diadakan selama sebelas hari pertama bulan April. Pada saat-saat inilah diperdengarkan syair-syair epik Babylonia. Kegiatan ini dimulai pada hari keempat. Para pendeta dan tim paduan suara akan memperdengarkan syair Enuma Ellish di kuil. Syair ini berisi kisah penciptaan dewa-dewa, hubungan manusia dengan dewa, serta perjuangan para dewa menumpas kejahatan. Puisi ini sangat panjang. Jumlah baitnya mencapai ribuan.

Rakyat Babylonia biasa membuat puisi tentang dewa-dewa yang mereka puja. Sebagai contoh, Himne untuk Shamash (Dewa Matahari), memiliki lebih kurang 200 komposisi baris.

Rakyat Babylonia menuliskan syair-syair itu di lempengan-lempengan tanah liat (tablet) yang kemudian ditemukan para ahli dan dipelajari. Bahasa yang umumnya dipakai adalah bahasa Akkadia dan Sumeria.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

box