Selasa, 25 Oktober 2011

20 poster film indonesia terbaik

pintu-terlarang-forbidden-dAPA poster film terbaik yang pernah dibuat?
Menurut majalah film Premiere yang membuat laporan "50 Greatest Movie Posters of All Time" di edisi Agustus 2001, poster paling baik adalah dari film Anatomy of A Murder (1959, sutradara Otto Preminger).
anatomy-of-murderPoster film itu dibuat seniman maestro design grafis Saul Bass. Dikatakan, poster ini menampilkan design abstrak dan figuratif yang terang-benderang. Tanpa potret pemainnya atau adegan dari film. Cukup tubuh yang terpotong-potong dengan judul yang menjelaskan segalanya.
Lantas, apa poster film paling baik yang pernah dihasilkan sinema kita?
Ini pertanyaan yang sulit dijawab. Pertama, karena minimnya dokumentasi perfilman kita. Sejak film pertama dibuat tahun 1926 (Loetoeng Kasaroeng) ada 3000 judul film yang sudah lahir di negeri ini. Namun, konon, hanya sekitar 10 persen dapat diakses di arsip film. Sisanya raib.
Untuk poster pun begitu. Tak banyak poster yang dikoleksi di perpustakaan perfilman Sinematek, Jakarta. Ya, hanya perpustakaan jadi satu-satunya tempat untuk melihat poster-poster film lawas kita.
Tidak ada toko yang menjual poster-poster film lawas seperti di luar negeri. Apalagi kolektor poster dalam negeri. Padahal, poster film sejatinya bisa untuk investasi seni selayaknya lukisan. Kini poster film mulai dipasarkan di balai lelang Sotheby atau Christie. Poster-poster asli The Mummy (1932), Metropolis (1927), atau Casablanca (1942) jadi buruan kolektor dan ditawar dengan harga tinggi.
Hal itu tak terjadi di sini.
Oleh karena kurangnya dokumentasi poster film nasional, saya bermaksud membuat daftar ini menyambut bulan film nasional Maret ini.
Perlu diketahui sebelumnya, daftar ini disusun atas dasar pengetahuan saya yang minim, juga sumber pustaka yang terbatas.
Saya hanya mendasari telusuran di dunia maya juga buku macam Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa (Misbach Yusa Biran), maupun dua jilid buku Poster Film Indonesia (Adi Pranajaya dll) dan beberapa majalah.
Lantas, bagaimanakah poster yang baik itu?
Saat membuka ulasan poster-poster terbaik, majalah Premiere menulis begini: Jika menonton film adalah seperti bermimpi di saat terjaga, maka poster film adalah undangan untuk masuk ke alam mimpi itu.
Sebagai sebuah undangan, poster yang baik harus mampu pula menjelaskan isi filmnya.
Soal penjelasan ini beda zaman beda pula caranya. Poster-poster sebelum kemerdekaan merasa perlu menjelaskan kalau filmnya “100 persen bitjara melajoe” atau “dimainkan oleh pemain-pemain bangsa Indonesia jang pilihan” dan tetek bengek yang mengatakan suara dan gambarnya jernih.
Di masa itu, film dengan gambar dan suara jernih belum banyak. Makanya hal ini pun bisa jadi bahan jualan.       

Selepas merdeka, poster film cukup menampilkan tokoh utama maupun suasana atau potongan adegan film. Sampai akhir 1970-an, pendekatan lukisan banyak dipakai dalam poster film. Pada 1980-an hingga sekarang paling sering foto tokoh utama atau adegan film nampang di poster.
Sekali lagi, daftar ini hanya sebuah upaya rintisan. Jika ada yang membuat daftar serupa dengan hasil berbeda kami persilakan. Makanya, di judul saya tulis besar-besar pengumuman “IMHO” atau in my humble opinion. Selamat melihat-lihat.

20-zuster-theresia 20. Zuster Theresia (1932)
Di buku Katalog Film JB Kristanto, disebutkan film ini menggunakan bahasa Belanda karena diniatkan untuk penonton Belanda. Kisahnya berlatar masa krisis ekonomi 1930-an yang sering disebut zaman malaise. Posternya begitu kuat menunjukkan sosok suster yang tengah menengadah, berdoa pada Tuhan. Kesederhanaan jadi kekuatan poster ini.
19-Olga-sepatu-roda 19. Olga dan Sepatu Roda (1991)
Aslinya, tentu, poster ini berwarna. Poster film ini masuk nominasi poster film terbaik FFI tahun itu. Mungkin alasannya karena dengan pas posternya menampilkan siluet Desy Ratnasari—yang masih remaja bahenol—bersepatu roda dengan celana pendek.
18-Wulan 18. Wulan di Sarang Penculik (1975)
Wulan (Yiyik Trisulo), seorang gadis kecil, diculik. Penculiknya minta tebusan Rp 25 juta. Wulan lalu diselamatkan dua siswa pramuka Tono dan Budi. Ketiganya lalu malah bertualang ke Jakarta. Posternya tak menjelaskan petualangan Wulan. Tapi justru memberi kesan surealis dengan lingkaran ungu-putih.
17-Lari-ka-mekah 17. Lari Ka Mekah (1930)
Tidak ada sinopsis soal film ini di buku Katalog Film JB Kristanto. Mungkin karena tak ada data lain soal film ini. Hanya disebutkan, filmnya kemudian berganti judul jadi Lari Ka Arab setelah dilarang lembaga sensor masa itu karena Mekah adalah tempat suci umat Islam. Posternya dianggap yang terbaik karena di tengah zaman yang perlu menjelaskan ini itu soal film, si empunya film (atau pemilik bioskop?) dengan percaya diri cukup menulis judulnya besar-besar tanpa gambar atau keterangan lain.
16-arisan 16. Arisan! (2000)
Film Arisan! merekam dengan jenial kehidupan kaum jetset Jakarta era 2000-an. Mereka yang kerap disebut kaum sosialita tak luput dari masalah hidup. Posternya unik, mengumpulkan para tokoh utama dalam satu meja dengan mimik yang menjelaskan karakter maupun kisah masing-masng di filmnya. Lirikan Cut Mini, gaya genit Aida Nurmala, wajah Rachel Maryam yang menyembul sok ingin tahu, atau Tora Sudiro dan Surya Saputra memberi kita petunjuk ada apa di filmnya.
15-3hari 15. 3 Hari Untuk Selamanya (2007)
Ini adalah road movie karya Riri Riza tentang perjalanan dua anak manusia (Nicholas Saputra dan Adinia Wirasti). Sesuai niatnya, kesan road movie tergambar jelas dengan gambar jalan dan mobil. Posternya tak menampilkan bintangnya sedang nampang, tapi dari sini kesan realis dan road movie sangat terasa.
14-Bajar-djiwa 14. Bajar dengan Djiwa (1940)
Dari buku Katalog Film JB Kristanto dijelaskan film ini berisi kisah beberapa keluarga. Ada kisah soal ayah yang terlibat utang, lalu menjual anak gadisnya. Membuat kekasih anak gadisnya patah hati. Yang menarik dari poster ini adalah suasana mistis persis film-film horor psikopat. Potret seorang cewek mengancam sambil pegang pisau dan tipografi judul memberi kesan horor yang terus membekas—walau kita takkan pernah melihat filmnya.
13-Maskot_film 13. Maskot (2006)
Bagaimana menggambarkan sebuah film tentang seekor ayam? Menaruh potret ayam besar-besar? Tentu tidak. Paling baik, menaruhnya dalam gaya minimalis. Ayam cukup di pinggir saja. Tokoh-tokoh lain, diminta beraksi karikatural sesuai karakter mereka. Jadilah, poster Maskot ini.
12-Cinta-pertama 12. Cinta Pertama (1973)
Cinta Pertama karya Teguh Karya yang populer sekaligus disukai kritikus saat edar dulu. Laris sekaligus menggondol Piala Citra. Ini kisah cinta yang diselingi aksi di ujung film. Tapi, melihat posternya, susah untuk menebak ada adegan tembak-menembak di bagian akhir film. Posternya persis sampul novel roman era 1970-an. Ah, cinta memang seharusnya manis, semanis poster film ini.
11-Benjamin-Biang-Kerok 11. Biang Kerok Beruntung (1973)
Di film ini, Benyamin S. jadi biang kerok yang nasibnya selalu beruntung. Posternya hadir dalam bentuk karikatur para tokohnya lengkap dengan kepala yang besar tak proporsional dengan tubuh. Biar makin karikatural, Benyamin yang dicitrakan sebagai kaum kelas bawah Betawi didandani pakaian orang kota sedang main golf—permainan kelas elit.
10-cinTa 10. Cin(T)a (2008)
God is a Director. Demikian tagline di poster film ini. Tuhan memang sang Maha Sutradara. Tuhan juga mempertemukan Annisa (Saira Jihan) dan Cina (Sunny Soon), sejoli yang beda agama. Tentu tak elok menggambar dua lambang agama di poster film. Dengan cerdik, yang hadir adalah setengah bagian bawah wajah dua sejoli. Mata keduanya, yang bisa menjelaskan satunya Muslim dan satu lagi Cina-Kristen, ditunjukkan lewat apa yang disebut seorang rekan, “orang-orangan jari”.
9-Ibunda 9. Ibunda (1986)
Film Ibunda adalah panggung akting bagi Tuti Indra Malaon yang jadi tokoh sentral film ini. Sebaga Ibu Rakhim (Tuti), janda seorang priyayi, menanggung beban anak-anaknya dengan masalah mereka masing-masing. Tengok ekspresi wajah Tuti di poster. Itu adalah undangan bagi setiap penonton kalau filmnya bakal menunjukkan akting mumpuni pemainnya.
8-Tjisadane 8. Tjisadane (1971)
Film Tjisadane aslinya diangkat dari komik silat. Maka, poster yang muncul di bioskop persis betul sampul sebuah komik silat. Di masa itu, komik silat (beserta komik superhero) memang tengah booming. Produser film kemudian mengadaptasi beberapa komik jadi film. Selain komik Si Buta dari Goa Hantu atau Tuan Tanah Kedawung, Tjisadane salah satunya.
7-perempuan-berkalung-sorban- 7. Perempuan Berkalung Sorban (2009)
Hanung Bramantyo membuat film berdasar novel Abidah El Khalieqy tentang seorang perempuan (Revalina S. Temat) yang hidup di lingkungan pesantren konservatif. Anissa, tokoh yang diperankan Reva, adalah sosok pemberontak pada tradisi yang dianggap merugikan perempuan. Posternya menjelaskan semua itu, saat Anissa menghadap ke arah berbeda, sementara yang lain menuju arah yang sama.
6-laki-laki-binal2 6. Laki-laki Binal (1978)
Andai poster macam begini hadir di tengah bioskop saat ini, pastilah mengundang protes. Salah satu yang istimewa dari poster-poster film era 1970-an adalah betapa bebasnya ekspresi seks nampang di poster secara terbuka. Ini contohnya. Apa yang ada di benak Anda saat melihat poster ini? Tertarik nonton filmnya, tentu.
5-doea-tanda-mata 5. Doea Tanda Mata (1984)
Menginjak 1980-an poster paling umum adalah tokoh utama nampang jadi point of interest kemudian ada foto-foto pemain lain kecil-kecil di bawah atau di pinggir poster. Yang ini keluar dari pakem. Yenny Rachman cukup ditampilkan bercadar. Sisanya adalah potongan adegan untuk menjelaskan film ini punya tema besar: perjuangan melawan penjajah yang berisiko maut.
4-quickee-express 4. Quickie Express (2007)
Film ini lahir di tengah kesadaran bahwa yang retro alias jadul sungguh cool. Tipografi judul sengaja dibuat mengingatkan kita pada era 1960-an atau 1970-an. Para bintangnya, sesuai fiilmnya, berdandan retro pula. Berpose dengan latar belakang monumen Pembebasan Irian Barat seperti pada sebuah foto lama. Retro ‘abis! Cool ‘abis!
3-Ada_Apa_dengan_Cinta_film 3. Ada Apa dengan Cinta? (2002)
Tak pelak, Ada Apa dengan Cinta? (2002) adalah poster paling dikenang sepanjang masa untuk ukuran zaman kiwari. Bagi generasi sekarang, inilah poster yang paling melekat di benak kita. Padahal, dari segi design, poster ini biasa saja. Namun, poster ini jadi fenomenal seperti filmnya karena sangat pas dengan target yang disasar: remaja. Pewarnaan warna-warni yang menutupi wajah Nicholas Saputra dan Dian Sastro diniatkan sebagai arti “cinta” yang macam-macam kata sineasnya. Tapi warna-warni itu bisa juga dimaknai kehidupan remaja yang dinamis, penuh warna. Bagi generasi MTV yang sehari-hari menghabiskan waktu depan TV, warna-warni itu persis warna layar TV saat tak ada siaran. Tak heran, posternya begitu melekat.
2-Si-doel 2. Si Doel Anak Betawi (1973)
Sineas Sjuman Djaya mengangkat kisah anak betawi dari novel Si Doel. Posternya adalah juga sebuah karya lukis yang ciamik. Detil isi film terpajang di poster. An entire movie in one poster, begitu istilah yang disebut majalah Premiere. Ada Doel (Rano Karno) yang menatap sendu, saat Doel dikerjai bocah nakal hingga kerinduannya pada sosok ayah.
1-pintu-terlarang 1. Pintu Terlarang (2009)
The best Indonesian movie poster ever made? Buat saya, iya. Ini bukan poster resmi filmnya (yang resmi lebih komersil, menampilkan wajah Fachry Albar dan ekspresi mesum Marsha Timothy). Tapi, bagi sutradaranya sendiri, Joko Anwar, konon poster yang ini favoritnya. Seniman design grafis Mayumi Haryoto menerjemahkan segala centang-perenang isi kepala tokoh psikopatik yang dimainkan Fachry dalam sebuah design yang tak menggabungkan foto adegan, melainkan pameran ilustrasi mumpuni yang bernada vintage. Apa poster favorit Anda masuk daftar ini?

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

box